Sunday, December 14, 2008

JADIKAN PENGAJARAN KITA SEMUA.....



Sebelum g Mekah, mari kita ambik iktibar dulu yek.. Sebagai seorang anak
yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan
(bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang
kelima. Sarah (juga bukan nama sebenarnya),
sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu
secara material,mereka memang berkewajiban
menunaikan ibadah Haji. Segala kelengkapan sudah disiapkan.

Ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Keadaan keduanya sihat
walafiat, tak kurang satu apapun. Tiba
harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru
panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. "Labaik
Allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu ya Allah".

Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, "Ummi undzur ila Ka'bah (Bu,
lihatlah Ka'bah)." Hasan menunjuk kepada bangunan
empat persegi berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak
beraksi dia terdiam.

Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh
anaknya.Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak
bingung melihat raut wajah ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan.
Ibunya sendiri tak mengerti mengapa ia tak bisa
melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia mengusap-usap matanya,
tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.


Padahal, tak ada masalah dengan kesihatan matanya. Beberapa minit yang lalu
dia masih melihat segalanya dengan jelas,
tapi mengapa memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita. Tujuh
kali Haji Anak yang sholeh itu bersimpuh di
hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya.

Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitulah, mengharap
rahmatNYA.Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa
menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga
rahmat-Nya.

Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang
sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan
anugerah-Nya, dengan menatap Ka'bah, kelak. Anak yang soleh itu berniat
akan kembali membawa ibunya berhaji tahun
depan. Ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya.

Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali dibutakan
didekat Ka'bah, sehingga tak dapat
menyaksikan bangunan yang merupakan symbol persatuan umat Islam itu. Wanita
itu tidak dapat melihat Ka'bah. Hasan
tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun
berikutnya.

Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka'bah.. Setiap berada di
Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah
gelap dan gelap. Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. hingga
kejadian itu berulang sampai tujuh kali
menunaikan ibadah haji.Hasan tak habis fikir, dia tak mengerti, apa yang
menyebabkan ibunya menjadi buta di depan
Ka'bah.

Padahal, setiap kali berada jauh dari Ka'bah, penglihatannya selalu normal.
Dia bertanya-tanya, apakah ibunya punya
kesalahan sehingga mendapat azab dari Allah SWT ?. Apa yang telah
diperlakukan ibunya, sehingga mendapat musibah
seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya. Akhirnya
diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama,
yang dapat membantu permasalahannya.

Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal kerana
kesohlehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi
(Uni Emirat). Tanpa kesulitan bererti, Hasan dapat bertemu dengan ulama
yang dimaksud. Ia pun mengutarakan masalah
kepada ulama yang soleh ini. Ulama itu mendengarkan dengan saksama,
kemudian meminta agar Ibu Hasan perlu
menelefonnya. Anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanah
kelahirannya, dia meminta ibunya untuk menghubungi
ulama di Abu Dhabi tersebut.

Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun menelefon ulama
itu, dan menceritakan kembali peristiwa
yang dialaminya di tanah suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah
introspeksi, mengingat kembali, mungkin ada perbuatan
atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu, sehingga ia tidak
mendapat rahmat Allah.

Sarah diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang
telah dilakukannya. "Anda harus
berterus-terang kepada saya, karana masalah anda bukan masalah senang,"
kata ulama itu pada Sarah. Sarah terdiam
sejenak. Kemudian dia meminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari
berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat
sebarang khabar dari Sarah...

Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah
menelefon. "Ustaz, waktu masih muda, saya bekerja
sebagai jururawat di rumah sakit," cerita Sarah akhirnya. "Oh, bagus.....
Pekerjaan jururawat adalah pekerjaan mulia,"
potong ulama itu. "Tapi saya mencari wang sebanyak-banyaknya dengan
berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu
halal atau haram," ungkapnya terus terang. Ulama itu terkejut.. Ia tidak
menyangka wanita itu akan berkata demikian.

"Disana...." sambung Sarah, "Saya sering kali menukar bayi, karana tidak
semua ibu senang dengan bayi yang telah
dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang
dilahirkannya perempuan, dengan imbuhan
wang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka."

Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah. "Astagfirullah.
....." betapa tega wanita itumenyakiti hati
para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa
banyak keluargayang telah dirosaknya,
sehingga tidak jelas nasabnya. Apakah Sarah tidak tahu, bahawa dalam Islam
menjaga nasab atau keturunan sangat
penting. Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas.

Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkawinan, terutama dalam
masalah mahram atau muhrim, iaitu orang-orang
yang tidak boleh dinikahi."Cuma itu yang saya lakukan," ucap Sarah. "Cuma
itu ?" tanya ulama terperanjat. "Tahukah
anda bahawa perbuatan anda itu dosa yang luar biasa, betapa banyak keluarga
yang sudah anda hancurkan!". ucap ulama
dengan nada tinggi."Lalu apa lagi yang Anda kerjakan? "tanya ulama itu lagi
sedikit kesal.

"Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati." "Oh
bagus, itu juga pekerjaan mulia," kata ulama.
"Ya, tapi saya memandikan orang mati karana ada kerja sama dengan tukang
sihir." "Maksudnya?" tanya ulama tidak
mengerti. "Setiap saya bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati
atau sakit, segala perkakas sihir itu
sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akan tetapi saya
tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan
saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati."

"Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya
memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti
jarum, benang dan lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda
itu seperti terpental, tidak hendak masuk,
walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam.

Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya cuba lagi begitu seterusnya
berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak,
saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya
lakukan." Mendengar pertuturan Sarah yang
datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah.

"Cuma itu yang kamu lakukan ?". "Masya Allah.....!!! Saya tidak dapat bantu
anda. Saya angkat tangan".Ulama itu amat
sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernah terbayang dalam
hidupnya ada seorang manusia, apalagi dia
adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah
terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang
melakukan perbuatan sekeji itu. Akhirnya ulama itu berkata, "Anda harus
memohon ampun kepada Allah, kerana hanya
Dialah yang dapat mengampuni dosa Anda."

Bumi menolaknya. Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama
tidak mendengar khabar selanjutnya dari
Sarah. Akhirnya ia mendapat tahu dengan menghubunginya melalui telepon. Ia
berharap Sarah telah bertaubat atas segala
yang telah diperbuatnya. Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Sarah,
sehingga Rahmat Allah datang kepadanya.Kerana
tak juga memperoleh khabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di Mesir.

Kebetulan yang menerima telepon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan
khabar Sarah,ternyata khabar duka yang diterima
ulama itu... "Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelefon ustad," ujar
Hasan. Ulama itu terkejut mendengar khabar
tersebut. "Bagaimana ibumu meninggal, Hasan ?". tanya ulama itu.

Hasan pun akhirnya bercerita : Setelah menelefon ulama, dua hari kemudian
ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang
mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah. Ketika tanah sudah digali,
untuk kemudian dimasukkan jenazah atas izin
Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali
mencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu
berulang kembali. Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup
rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu
cepat, sehingga tidak seorangpun penghantar jenazah yang menyedari bahawa
tanah itu kembali rapat.

Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Para penghantar yang menyaksikan
peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan
sesuatu yang aneh terjadi.Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah
berkaitan dengan perbuatan si mayat. Waktu terus
berlalu, para penggali kubur putus-asa kerana pekerjaan mereka tak juga
selesai. Siang pun berlalu, petang menjelang,
bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada satu pun lubang yang berhasil
digali. Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak
pulang. Jenazah itu dibiarkan saja tergeletak di hamparan tanah kering
kerontang.

Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tega
meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat
itu tanpa dikubur.. Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan
termenung di tanah perkuburan seorang diri.
Dengan izin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaian
hitam panjang, seperti pakaian khusus orang
Mesir.

Lelaki itu tidak tampak wajahnya, kerana terhalang tutup kepalanya yang
menjorok ke depan. Laki-laki itu mendekati
Hasan kemudian berkata padanya," Biar aku tangani jenazah ibumu,
pulanglah!". . kata orang itu. Hasan lega mendengar
bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan menunggu jenazah
ibunya. Syukur-syukur menggali lubang dan
kemudian mengebumikan ibunya. "Aku minta supaya kau jangan menengok ke
belakang, sampai tiba di rumahmu, "pesan lelaki
itu. Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia
di luar lokasi pemakaman,terselit
keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jenazah ibunya.

Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan, melihat
jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian
api itu menyelimuti seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya,
sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api
menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan.Dengan langkah seribu, dia pun
bergegas meninggalkan tempat itu. Demikian yang
diceritakan Hasan kepada ulama itu.. Hasan juga mengaku, bahwa separuh
wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas
kehitaman kerana terbakar.

Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan Hasan.
Dia menyarankan, agar Hasan segera
beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau
dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh ibunya.
Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan, apa yang telah
diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu. Ulama
itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun
dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di
pipinya dengan izin Allah akan hilang.

Benar saja,tak berapa lama kemudian Hasan kembali memberitahu ulama itu,
bahawa lukanya yang dulu amat terasa sakit
dan panas luar biasa, semakin hari bekas kehitamannya hilang. Tanpa tahu
apa yang telah dilakukan ibunya selama hidup,
Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah
dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh
Allah SWT.

Semoga kisah nyata dari Mesir ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Wang RM50 kelihatan begitu besar bila dibawa
ke kotak derma masjid, tetapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket.
45 minit terasa terlalu lama untuk berzikir
tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan bola sepak.

Semua insan ingin memasuki syurga tetapi tidak ramai yang berfikir dan
berbicara tentang bagaimana untuk memasukinya.
Kita mengirimkan ribuan 'jokes' dan ' surat berantai' melalui e-mail tetapi
bila mengirimkan yang berkaitan dengan
ibadah seringkali berfikir 2 atau 3 kali.

1 comment:

buncha said...

well,
it got me to say.

an effective usrah ^_^.
move on.
you can be a writer..
in spite of being business man.
duhh.. -_-